Pulau Moa, dari padang sabana hingga pantai perawan
Kawasan Indonesia timur sedang menjadi target incaran dari para traveler
Indonesia yang haus akan pemandangan alam yang masih terjaga. Memang,
keindahan alam di kawasan ini tergolong spektakuler, khususnya
pemandangan bawah laut yang berlimpah terumbu karang dan ikan-ikan yang
eksotis. Selain Raja Ampat, Kepulauan Komodo ataupun Wakatobi, sebetulnya ada tempat yang tak kalah cantik, yaitu Pulau Moa.
Secara administratif, Pulau Moa terletak
di Kabupaten Maluku Barat Daya, namun lokasinya sejajar dengan gugusan
Kepulauan Nusa Tenggara, tepatnya di sebelah timur laut Pulau Timor yang
berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Seperti halnya daerah-daerah lain di
kawasan tersebut, sebagian besar area Pulau Moa merupakan padang sabana
dengan rumput berukuran sedang yang menutupinya. Yang membedakan adalah
kehadiran kerbau-kerbau ternak warga yang sengaja dilepasliarkan.
Tujuannya, agar kerbau-kerbau itu bisa makan secara alami sepuas hati.
Jika ingin melihat kawanan kerbau secara
langsung, kamu dapat mendatangi tempat nongkrong favorit mereka,
seperti kawasan padang rumput di kaki Gunung Kerbau. Di sana, ribuan
kerbau seliweran dengan bebas sehingga tampak seperti sedang bersafari.
Jika datang saat musim kemarau, di mana rumput menguning dan tanah
menjadi tandus, akan terasa seperti berada di Afrika.
Tidak hanya padang sabana dengan
kerbau-kerbau yang berkeliaran bebas, Pulau Moa juga menyimpan keindahan
lainnya. Selayaknya kawasan timur Indonesia, Pulau Moa juga menyuguhkan
pantai-pantai perawan yang belum terjamah. Pantai-pantai tersebut
berpasir putih dengan garis pantai yang landai. Untuk ombak, keadaanya
bervariasi tergantung letak geografisnya. Pantai-pantai yang menghadap
Laut Banda memiliki ombak yang besar dan asyik untuk surfing
atau sekadar main air. Sementara pantai-pantai yang menghadap selat,
ombaknya cenderung tenang sehingga kamu bisa dengan bebas menikmati
pemandangan bawah laut yang kaya terumbu karang dan ikan laut
berwarna-warni.
Di Pulau Moa juga terdapat banyak desa
adat. Di desa adat ini, bentuk rumahnya tradisional dengan daun kelapa
sebagai bahan pembuat atapnya. Selain itu, dinding rumahnya juga tidak
menggunakan kayu apalagi semen, melainkan berbahan dasar daun koli. Ini
dilakukan untuk menjaga nilai tradisi sebagai bentuk rasa cinta penduduk
dengan alam. Desa adat di sini tidak tertutup untuk umum. Kamu bisa
melakukan kunjungan kesini untuk sekadar melihat-lihat bentuk bangunan
atau menyaksikan tarian tradisional penduduk Moa.
Di Moa, penduduk biasa melakukan tarian
di desa adat dalam rangka upacara, baik penyambutan ataupun pernikahan.
Kalau beruntung, kedatangan kamu ke Moa juga akan disambut dengan tarian
dengan para penari yang berpakaian kain tenun lengkap. Terasa seperti
tamu spesial!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar